TEORI BELAJAR MENURUT BURRHUS FEDERIC SKINNER
Oleh :
M. Ghali Arsadi 10206241006
Dwi Wulandari 10206241020
Ant. Prasetyo Adi 10206241022
Puguh Rizki B 10206241041
PROFIL
Burrhus Frederic Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna. Ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas ibu rumah tangga. Asuhan-Nya telah tua dan bekerja keras. Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970).
TEORI
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.
Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner membedakan adanya dua respon yaitu :
• Respondent respont (reflexive respone), yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu disebut elicting stimuli , menimbulkan respon-respon yang secara relatif menetap, misalnya makanan yang menimbulkan air liur. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkan.
• Operant Respont (Instrumental Response), yaitu respon yang ditimbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu di sebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Dengan kata lain perangsang yang dmikian itu mengikuti sesuatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar (telah melakukan tindakan), kemudian ia dapat mendapat hadiah, maka ia akan belajar menjadi lebih giat (responnya menjadi lebih insentif/ kuat).
Dalam realitanya, respon jenis pertama itu (respondent-response atau respondent behavior) sangat terbatas adanya bagi manusia, karena adanya hubungan yang pasti anatara stimulus dan respon kemungkinan untuk memodifikasinya adalah kecil. Sebaliknya, operant response atau instrumental behavior merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia, dan kemungkinannya untuk memodifikasinya dapat dikata tidak terbatas. Inti dari teori Skinner adalah pada respon atau perilkau jenis yang kedua ini. Selanjutnya yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menimbulkan, mengembangkan, dan memodifikasikan perilaku tersebut.
Apabila disederhanakan, maka prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan identifikasi tentang hal-hal apa yang merupakan reinforce (hadiah) bagi perilaku yang akan dibentuk itu.
2. Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi kompenen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dimaksud. Komponen-komponen itu kemudian disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju ke terbentuknya perilaku yang dimaksud.
3. Dengan mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagi tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce (hadiah) untuk setiap komponen itu.
4. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun itu.
Bila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan; hal ini akan mengakibatkan komponen ini semakin cenderung untuk sering dilakukan. Bila hal ini sudah terbentuk, dilakukannya komponen kedua yang diberi hadiah; demikian berulang-ulang, sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya, sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk
Sebagai contoh, telah dikehendaki sejumlah siswa mempunyai kebiasaan membaca buku di perpustakaan. Untuk membaca buku dimaksudkan pada contoh tersebut, maka para siswa harus:
1. Di luar jam sekolah hadir ke sekolah
2. Masuk ruang perpustakaan
3. Pergi ke tempat penyimpanan buku
4. Berhenti di tempat penyimpanan buku
5. Memilih buku yang dibutuhkan
6. Membawa buku ke ruang baca
7. Membaca buku tersebut.
1. Di luar jam sekolah hadir ke sekolah
2. Masuk ruang perpustakaan
3. Pergi ke tempat penyimpanan buku
4. Berhenti di tempat penyimpanan buku
5. Memilih buku yang dibutuhkan
6. Membawa buku ke ruang baca
7. Membaca buku tersebut.
Apabila dapat diidentifikasikan hadiah-hadiah (tidak harus berupa barang) bagi setiap komponen perilaku, yaitu komponen 1 sampai komponen 7, maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan membaca buku di perpustakaan.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar (hunger drive) tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,bertepuk tangan, mengacungkan jempo, dll), atau penghargaan (nilai A, juara 1, dll). Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain: menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa, dll).
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
5. dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya, hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
Kekurangan
Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
1) Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis,
2) Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu, kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi di dalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaiknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa, misalnya: pernghargaan di bidang bahasa, fisika, menari, menyanyi atau olahraga.
Sumber:
Google search.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Tim Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel. 2009. Teori Belajar. Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar